Pidato Penaklukan Constantinople…محمد الفاتح

Wahai tentara sekalian…
itu Konstantin di hadapan kalian

Allah memberi kita taufik ntuk menyiapkan bekal dan kekuatan…
kita memiliki senjata baru…
meriam-meriam yang belum ada sebelumnya

Aku wasiatkan kalian untuk taqwa kepada Allah..
dan ku nasehatkan untuk selalu bersabar
dan jangan melangkah sekalipun
kecuali kalian selalu ingat Allah

Kita berperang untuk meninggikan kalimat Allah
bukan karena ghonimah atau harta…
dan yang paling ku khawatirkan ialah dosa-dosa kalian
lalu ia menyerang kalian hingga tekad kalian lemah
dan melemahkan kekuatan kalian…
Bertaubatlah kalian…pasti Allah membantu…

Wahai tentara…kita sudah mencapai pantai Selatan
dan insyaallah sekarang yang setelahnya…
berjalanlah di negeri yang telah Allah janjikan…
untuk diwariskan kepada kalian…
dan aku berharap kabar gembira nabi adalah bagian kita…

Yaa Allah…
Bukakanlah Konstantin dengan tangan kami…
dan bantulah kami dengan pertolonganMu yaa Kariim
Yaa Allah kabulkanlah doa kami…

_________________________________________________________

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]

Bisyaroh Rasulullah yang memberikan semangat pada sahabat untuk berjuang mewujudkannya. Hingga akhirnya penantian selama 800 tahun lebih itupun terwujud. Sosok muhammad Al Faith yang telah mewujudkan bisyaroh itu, perjuangan yang memakan waktu 54 hari perang berbuah hasil, dan pada tanggal 29 mei 1453 Konstantinopel berhasil dibebaskan oleh kaum muslimin dan hidup sejahtera dalam naungan Daulah Khilafah…[Novita M.Noer]

4 responses to “Pidato Penaklukan Constantinople…محمد الفاتح

  1. Semoga Bisyarah Rauslulloh SAW tentang penaklukan kota roma akan segera menjadi kenyataan, karena itu merupakan janji yang telah Rasululloh SAW ucapkan kepada umatnya

    Allahu Akbar

    • @Akhi Rafaqo: Jazakallah khairan…

      @Akhi Adimqoekid: Aamiin Allahuma Aamiin…
      Janji Allah Pasti Benar, Allah takkan menyalahi janjiNya…hal ini dinyatakan oleh Allah SWT dalam
      ayatNya:

      وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ
      كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
      وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا

      Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan, menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku tanpa mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku (QS an-Nur [24]: 55).

      Ayat ini diawali dengan kata: Wa’ada (Allah berjanji), juga diikuti dengan redaksi sumpah (shighat qasam), yang ditandai dengan jawab qasam, yaitu la, pada frasa: layastakhlifanna, layumakkinanna dan layubaddilanna, kemudian dipertegas dengan nun taukid tsaqilah, yang berarti penegasan dua kali, pada bagian akhir ketiga frasa tersebut, yaitu layastakhlifanna, layumakkinanna dan layubaddilanna.

      Karena itu, janji Allah untuk menolong dan memenangkan orang Mukmin tersebut merupakan janji yang qath’i, yang harus diyakini oleh setiap orang Mukmin.

      Namun, ada dua aspek yang tetap harus kita bedakan.

      Yang pertama, janji Allah SWT kepada orang Mukmin itu sendiri. Janji itu pasti akan diberikan oleh Allah kepada mereka dan yang kedua, apa yang harus mereka lakukan, agar janji tersebut diberikan oleh Allah, dan mereka pun layak mendapatkannya? Ini penting untuk dibedakan, karena aspek yang pertama merupakan masalah akidah dan keyakinan, sedangkan aspek yang kedua merupakan masalah hukum syariah dan perbuatan.

      Aspek yang pertama adalah hak prerogatif Allah dan dalam hal ini manusia tidak akan dimintai pertanggungjawaban. Aspek yang kedua adalah masalah pilihan manusia, yang bisa mereka lakukan atau tidak, dan karenanya mereka akan dimintai pertanggungjawaban.

      Dalam konteks yang pertama, Allahlah Yang Mahatahu; kapan, di mana dan kepada siapa janji-Nya akan diberikan? Allah pun tidak pernah memberitahukannya kepada manusia, karena ini merupakan mâ fi ‘ilmi-Llâh (perkara yang menyangkut ilmu Allah). Namun demikian, Allah telah memberikan kriteria orang-orang yang layak mendapatkannya, antara lain:
      Beriman, beramal salih, ahli ibadah dan tidak melakukan syirik sekecil apapun kepada-Nya. Kriteria ini juga bisa kita sebut sebagai ahwâl wa zhurûf (keadaan dan kondisi).

      Dalam konteks yang kedua, yaitu hukum syariah dan perbuatan, atau ahwâl wa zhurûf, maka semuanya wajib dilakukan oleh manusia. Namun hukum syariah atau ahwâl wa zhurûf seperti apa yang bisa mengantarkan kita untuk mendapatkan pertolongan-Nya?

      Dalam konteks kekuasaan (Khilafah), sebagai metode untuk menerapkan hukum syariah, berarti hukum syariah atau ahwâl wa zhurûf yang memungkinkan umat untuk mendapatkannya tidak lain adalah hukum syariah yang terkait dengan politik, aktivitas politik dan partai politik. Karena kekuasaan (Khilafah) adalah urusan politik maka mustahil umat bisa meraih kekuasaan, yang nota bene urusan politik, dengan aktivitas non-politik. Karenanya, amal salih yang bisa mengantarkan umat pada tujuan tersebut haruslah amal salih yang bersifat politik, bukan amal salih secara umum. Begitu juga kelompok yang bisa mengantarkan ke sana adalah kelompok politik, bukan yang penting kelompok. Politik, aktivitas politik dan partai politiknya pun harus berdasarkan Islam dan terikat dengan hukum Islam.

      Inilah syarat yang telah ditetapkan oleh Allah agar pertolongan tersebut diberikan kepada hamba-Nya. Karena itu, Islam telah menetapkan aktivitas politik, termasuk di dalamnya politik, mendirikan dan bergabung dengan partai politik Islam, sebagai kewajiban syar’i. Partai politik tersebut harus mempunyai master plan Islam yang hendak diwujudkan, dan road map Islam yang hendak dilalui. Dengan master plan dan road map itulah, partai tersebut akan mengajak umat untuk manapaki satu persatu hingga terwujud. Master plan dan road map inilah yang menjadi ideologi dan platform politik partai. Ideologi inilah yang diyakini oleh para anggotanya, sekaligus menjadi ikatan yang mengikat mereka.Adanya partai dan aktivitas politiknya, dengan master plan dan road map-nya, serta para politisinya yang mempunyai keikhlasan yang tinggi dan kesadaran politik yang sempurna saja belum cukup.

      Semuanya ini merupakan hukum syariah atau ahwâl wa zhurûf yang dituntut oleh syariah Islam. Namun, karena kekuasaan ada di tangan umat (as-sulthan li al-ummah), maka mendapatkan mandat kekuasaan (istilâm al-hukm) dari umat merupakan bagian lain dari ahwâl wa zhurûf yang juga tidak bisa diabaikan.Karena itu, partai, para politisi dan aktivitas politiknya harus bersentuhan langsung dengan umat; bisa dengan mengadopsi kepentingan mereka (tabanni mashâlih al-ummah) maupun membongkar rencana jahat kaum penjajah terhadap mereka (kasyf al-khuthath al-isti’mâr). Dua aktivitas tersebut akan mempunyai pengaruh yang signifikan, jika ditopang dengan pembentukan opini dan kesadaran publik yang masif di tengah-tengah umat, baik melalui kajian secara intensif maupun kajian-kajian yang bersifat kolektif. Selain itu, masifitas pembentukan opini dan kesadaran publik tersebut juga akan berjalan jika mendapat dukungan media. Pengaruhnya pun akan semakin kuat dan mengakar jika mendapat dukungan dari para ulama, intelektual dan tokoh.

      Inilah ahwâl wa zhurûf yang harus dipersiapkan agar mereka melayakkan diri untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT. Inilah aktivitas politik yang terus-menerus dilakukan oleh Nabi saw. baik ketika membentuk tubuh partai ataupun melakukan interaksi dengan umat; baik dalam konteks pembentukan opini dan kesadaran publik maupun meraih dukungan kepala suku dan kabilah, termasuk di dalamnya mencari nushrah. Setelah semuanya itu siap, maka kekuasaan itu pun Allah berikan kepada Baginda Nabi saw. Semoga kita termasuk pada bagian orang-orang mukmin yang mendapatkan pertolongan dan kemenangan Allah itu… InsyaAllah.

      Wallâhu a’lam

Leave a comment